Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dicemooh dan Diabaikan, Sekarang Akhmad Sobirin Ekspor Gula Semut ke 16 Negara

Akhmad Sobirin menunjukkan gula semut yang sudah dikemas.

BANYUMAS adalah penghasil gula kelapa terbesar di Asia. Ironisnya, dulu nasib perajinnya tak menentu. Hal itu juga yang dirasakan para penderes di Desa Semedo, Kecamatan Pakuncen.Itu adalah cerita dulu, sekarang warga setempat bahkan sudah mengekspor gula semut ke 16 negara di dunia.
Perubahan tersebut berawal dari sosok Akhmad Sobirin (29) yang 'pulang kampung' ke Desa Semedo. Ia prihatin melihat penderes atau pembuat gula kelapa di desanya. Selain harga gula yang sering tak pasti, para penderes bergantung pada tengkulak. Tak hanya itu, sebagian dari mereka yang menggunakan sistem ijon (beli di awal) menjadi korban dari pengusaha yang meninggikan harga beli untuk mereka.
Berangkat dari pengamatannya atas ironi-ironi tersebut, Akhmad Sobirin (29) tergerak untuk berusaha keras memajukan desa Semedo, tempat ia lahir dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya. Dengan kemampuan berbisnisnya yang sudah dirasakannya sejak mengenyam bangku perkuliahan, Sobirin memelopori dan mengajak masyarakat di desa tersebut untuk memproduksi gula semut yang harganya jauh lebih tinggi daripada gula cetak yang biasanya mereka produksi.
Kemauan Akhmad Sobirin 'pulang kampung' tak lepas dari perjalanan hidupnya yang penuh warna. Sejak tahun pertama ia berkuliah di Sekolah Vokasi jurusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, Sobirin sudah menjajal berjualan donat dan pulsa dari satu kos ke kos yang lain.
“Pertama kuliah sampai akhir kuliah, saya jualan donat dan pulsa ke kos-kos. Biasanya donatnya habis (laku terjual). Kalau donatnya habis dan uangnya juga habis itu juga sudah biasa (donatnya tidak laku dan dimakan sendiri),” selorohnya ketika menjadi pembicara dalam acara Talkshow Ecopreneur 'Inspirasi 60 Tahun Astra' akhir April lalu.
Dalam acara tersebut, Akhmad Sobirin menjadi pembicara sekaligus penerima penghargaan dari program PT Astra Internasional, 'Satu Indonesia'. Program tersebut bertujuan untuk mengapresiasi para pemuda dan pemudi bangsa berpotensi yang sudah berkontribusi untuk bangsa Indonesia.
Sobirin tak puas hanya berjualan donat saja, untuk memantapkan kegemarannya dalam berbisnis, Sobirin mengikuti Program Mahasiswa Berwirausaha (PMB) yang dibimbing oleh Dikti. Setelah itu, ia memutuskan untuk membuka usaha laundry. Laundry tersebut ia beri nama 'Laundry Fusion'. Kebanggaan tersirat di wajah Sobirin ketika ia menceritakan tentang bisnis laundrynya tersebut di hadapan sekitar 900 peserta Talkshow Ecopreneur.
“Sejak pertama kuliah saya menjalankan bisnis apa saja. Mulai dari donat dan pulsa keliling, sampai usaha laundry. Laundry saya dulu terletak di Klebengan, utara fakultas Teknik UGM. Laundry itu ramai sekali, saya sampai pernah nolak (baju kotor) pelanggan karena saking banyaknya,” paparnya.
Saking gemarnya mengurusi bisnis-bisnisnya tersebut, Sobirin mengaku pernah lupa bahwa ia adalah mahasiswa teknik mesin UGM. Disaat teman-temannya sudah lulus dari UGM, ia masih sibuk dengan Laundry Fusion miliknya.
“Saya ini termasuk yang kuliahnya salah jalan. Lha akhirnya sekarang ijazahnya tidak terpakai, kan?” Selorohnya dengan logat ngapak yang disambut tepuk tangan dan tawa kecil dari sekitar 900 peserta Talkshow Ecopreneur.
Meskipun begitu, masuk ke jurusan teknik mesin memang keinginan Sobirin sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak mana pun. “Jurusan teknik mesin memang keinginan saya sendiri pada awalnya, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, saya merasa lebih tertarik untuk berwirausaha daripada bekerja di bidang mesin, begitu,” paparnya. [KR Jogja]

Post a Comment for "Dicemooh dan Diabaikan, Sekarang Akhmad Sobirin Ekspor Gula Semut ke 16 Negara"