Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Akhirnya Sobirin Merasakan Manisnya Ekspor 'Semedo Manise'

Sobirin dengan gula semut 'Semedo Manise' yang sudah diekspor ke 16 negara.

AWALNYA Akhmad Sobirin melakukan pendekatan dari dapur ke dapur milik para penderes sampai akhirnya terbentuk anggota kelompok berisi 25 orang. Oleh mereka, Sobirin ditunjuk menjadi ketua kelompok.
Kepada kelompok tersebut, Sobirin menjelaskan konversi dari gula cetak ke gula semut serta bagaimana cara meningkatkan kualitas gula semut yang mereka hasilkan. Untuk memproduksi gula semut tersebut, modal mereka dapatkan dari kantong masing-masing dan sebagian didanai oleh Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Saat itu saya tekankan pada mereka, meskipun mayoritas dari mereka tidak lulus SD, apabila kami bersatu, kami dapat memiliki bargaining position yang tinggi,” katanya dengan nada mantap, menirukan kembali perkataannya di depan para penderes yang tergabung dalam kelompoknya.
Sobirin tak menyerah untuk merangkul sebagian penderes yang sudah bergabung dalam kelompok binaannya. Sobirin memiliki pandangan bahwa para penderes yang belum bergabung atau tidak aktif pertemuan itu bukannya tak mau bergabung.
Sesungguhnya mereka hanya butuh bukti dari rencana-rencananya untuk akhirnya percaya dan mau aktif bergabung dengan kelompok binaannya. Maka Sobirin mengusahakan untuk mewujudkan janjinya kepada para penderes.
“Setiap saya menjanjikan saya usahakan itu terwujud. Misalnya tahun depan dengan usaha ini saya akan membuatkan mereka gedung pertemuan atau membeli sapi, ya setahun kedepan mimpi mimpi itu terwujud. Lama-lama mimpi yang ada di checklist tercentang semua. Setelah seperti itu, saya mau mengajak mereka mengembangkan usaha juga mereka langsung ayo saja,” jelasnya dengan mantap.
Seiring dengan berjalannya waktu, sang keponakan yang tadinya mencemooh juga mulai yakin akan usaha Sobirin. Ia pun menjadi orang yang berpengaruh dalam kelompok binaannya. “Keponakan saya justru sekarang ini jadi powernya kelompok, jadi pemecah setiap masalah yang terjadi dalam kelompok,” sambungnya.
Pembentukan kelompok binaannya semakin intensif pada bulan Februari 2012 dan akhirnya terbentuk KUBE Manggar Jaya pada Juni 2012. Di dalam kelompok tersebut, Sobirin memandu penderes untuk melakukan peningkatan mutu kualitas produk gula semut mereka dengan menggunakan Internal Control System (ICS) dengan bantuan dinas terkait.
“Saya berusaha mengajak mereka untuk mengubah semua proses sampai hasil. Dari proses tersebut tetap dilakukan pendampingan dan pembinaan. Pokoknya bagaimana biar produk dapat berubah dari segi fungsi dan nilainya,” jelasnya.
Selain mengajak penderes untuk meningkatkan kualitas produk gula semut, Sobirin juga mendorong para penderes untuk membenahi dapur produksi mereka agar higienis. Sehingga nantinya produk mereka dapat memenuhi standar higienitas dan organik di Eropa. Peremajaan pohon kelapa pun juga ditekankan oleh Sobirin kepada para penderes.
“Usia pohon kelapa kami itu sekitar 20 tahun, kami akali dengan bibit yang varietasnya tidak terlalu tinggi tapi dalam usia 4 sampai 5 tahun sudah bisa berbuah,” papar Sobirin.
Setelah peningkatan kualitas tercapai, Sobirin menjembatani kelompok dengan pasar ekspor. Kebanggaan terpancar dari wajah Sobirin saat ia bercerita tentang hasil peningkatan kualitas dari gula semut milik Desa Semedo. “Alhamdulillah tak ada satu pun semut yang lolos dari pengawasan,” ujarnya sambil tertawa kecil. Berkat peningkatan kualitas, produk dari kelompoknya mendapatkan kepercayaan pasar luar negeri di 16 negara khususnya Amerika dan negara-negara di Eropa.
Pernah Rugi 7 Ton
Kesuksesan itu tak serta merta didapatkan oleh Sobirin dan kelompoknya. Kerugian pun pernah mereka alami. Kerugian itu terjadi pada awal pembentukan kelompok. “Kerugiannya sekitar 7 ton. Sudah memasok segitu, ternyata keesokan harinya harganya anjlok,” jelas Sobirin. Ketika kerugian tersebut mereka alami, Sobirin pun tak ragu untuk pasang badan. Dirinya bertekad untuk terus membela penderes.
“Saya bertekad untuk terus bela petani gula. Berapapun uang pribadi saya pada saat itu, akan saya keluarkan untuk membantu produksi petani gula terus. Karena kalau mereka kembali ke produksi gula cetak, harganya hanya setengah dari harga gula semut,” tegasnya.
Selisih harga antara gula cetak dan gula semut yang mencapai Rp 3000/kilogram sampai Rp 5000/kilogram membuat para petani terus bersemangat meskipun sedang dilanda kerugian. Saat ini, penghasilan petani pun meningkat dari Rp 13.000/kg menjadi Rp 20.000/kg.
Sobirin pun mendaftarkan anggotanya dalam BPJS Ketenagakerjaan. “Saat ini kami satu-satunya kelompok tani yang punya jamsostek. Untuk KUR, satu petani dari anggota kami bisa akses 25 juta,” jelasnya. Dengan kesuksesan tersebut, para penderes akhirnya terlepas dari jerat tengkulak dan pengusaha curang.
Sampai saat ini, tak hanya usaha gula semut yang dijalankan oleh anggota kelompok KUBE Manggar Jaya. Sobirin juga mengajak para penderes untuk menjalankan bisnis peternakan, tanam karet, paket wisata homestay, hingga ekowisata gula kelapa. Harapannya agar bisnis tersebut dapat menjadi tambahan penghasilan dan investasi para penderes.
“Banyak yang berfikir hidup adalah tentang bagaimana kita lebih unggul daripada individu yang lainnya. Tetapi menurut saya ketika kita bersatu, sebenarnya itu memberikan potensi dan kekuatan yang tak terhingga,” tutup Sobirin di akhir sesi wawancaranya dengan krjogja.com pada Jumat (28/04/2017). [KR Jogja]

Post a Comment for "Akhirnya Sobirin Merasakan Manisnya Ekspor 'Semedo Manise'"